BisnisNTB- Sejalan dengan visi ‘One Planet One Health’ yang berkomitmen membawa kesehatan melalui makanan dan minuman ke sebanyak mungkin orang, Danone Indonesia terus berkomitmen untuk mendukung target pemerintah dalam penurunan angka stunting di Indonesia. Salah satunya daerah yang masih tinggi kasus Stunting adalah NTB.
Perihatin dengan kasus tersbeut, Danone Indonesia memberikan
perhatian serius karena dapat berdampak pada tumbuh kembang anak, terutama
risiko gangguan perkembangan fisik dan kognitif apabila tidak segera ditangani
dengan tepat, salah satunya dengan mengandeng Dokter Gizi dalam memberiakn edukasi
kepada masyarakat tentang pentingnay asupan gizi.
Dokter
Spesialis Gizi Klinik, dr. Nurul Ratna Mutu Manikam, M.Gizi, Sp.GK mengatakan, Stunting
merupakan masalah kurang gizi kronis, yang disebabkan oleh kurangnya asupan
gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan
pada anak. Selain bentuk fisik, anak dengan kondisi stunting berisiko memiliki
tingkat kecerdasan di bawah rata-rata dan rentan terhadap penyakit.
“Maka dari itu, penting untuk diperhatikan para orang
tua bahwa asupan nutrisi yang tepat dengan gizi
seimbang menjadi salah satu elemen kunci dalam optimalisasi masa 1.000 Hari
Pertama Kehidupan (HPK), termasuk untuk pencegahan stunting.” ungkpanya
Lebih lanjut dr. Nurul menegaskan bahwa Asupan nutrisi yang tidak
optimal, seperti rendahnya asupan protein hewani dan at
besi yang dapat menyebabkan anemia, menjadi salah satu faktor penyebab stunting
pada anak. Sebab tubuh yang kekurangan asupan protein hewani dan zat besi akan mengalami
gangguan fungsi hormonal, regenerasi sel, sistem kekebalan tubuh, massa otot,
fungsi kognitif dan kemampuan motorik anak.
“Oleh karena itu, bersama dengan asupan
nutrisi yang tidak optimal, anemia menjadi salah satu faktor risiko terjadinya
gangguan pertumbuhan (growth faltering)
yang merupakan awal terjadinya stunting. Bila kondisi tersebut terus berlanjut
maka akan berdampak serius pada kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan anak,
seperti terhambatnya pertumbuhan fisik yang dapat menyebabkan stunting.”
Terangnya.
Isi Piringku merupakan panduan gizi lengkap dan
seimbang untuk sekali makan yang mendukung pemenuhan asupan gizi harian anak. Untuk itu, agar dapat membantu pemenuhan nutrisi
harian anak, makanan bergizi seimbang yang kaya dengan protein hewani sangat
penting untuk mendukung pertumbuhan optimal anak serta membantu mencegah dan
mengatasi stunting.
“Selain itu, penting juga untuk dilengkapi dengan
kombinasi unik zat besi dan vitamin C yang
bermanfaat meningkatkan penyerapan zat besi hingga dua kali lipat guna
mendukung tumbuh kembang maksimal anak. Sehingga dengan penyerapan yang optimal
dapat membantu meningkatkan pertumbuhan otak
dan kemampuan belajar, pertumbuhan fisik, perkembangan motorik dan
sensorik, serta daya tahan tubuh anak,” pungkasnya
Selain itu terdapat banyak sumber makanan yang mengandung
protein hewani dan zat besi dapat diperoleh dengan mudah misalnya pada daging
merah, ayam, hati, ikan, telur dan susu terfortifikasi. Bahkan banyak potensi
pangan lokal di setiap daerah di Indonesia yang bisa menjadi sumber
protein hewani. Salah satunya Lombok, yang memiliki beragam pangan potensial yang cukup terkait dengan
protein hewani untuk memenuhi kebutuhan gizi anak, diantaranya berbagai pangan
laut seperti ikan, udang, cumi-cumi, dan kerang yang mudah ditemukan masyarakat.
“ Contoh lain adalah Nyale
(cacing laut) yang ternyata kaya protein hewani hingga sebanyak 43,84%, sedangkan telur ayam
mengandung 12,2% dan susu sapi sekitar 3,5%, serta memiliki kadar zat besi yang cukup tinggi mencapai 857 ppm sangat tinggi
bila dibandingkan dengan hewan darat (80 ppm). Selain pangan lokal yang
kaya protein untuk dapat memenuhi kebutuhan gizi anak, dapat
juga dilengkapi juga dengan susu pertumbuhan
yang difortifikasi dengan kombinasi zat besi & vitamin C agar si kecil dapat tumbuh optimal,” jelas dr.
Nurul
Berdasarkan hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI)
tahun 2022, angka stunting di Indonesia masih mencapai 21,6%. Meskipun data
tersebut menunjukkan telah ada penurunan angka stunting sebanyak 2,8%
dibandingkan dari data SSGI 2021 yang mencapai 24,4%, namun prevalensi tersebut
masih lebih tinggi dibandingkan angka yang dianjurkan WHO yaitu di bawah 20%. Bahkan, stunting memiliki prevalensi
tertinggi dibandingkan dengan masalah gizi lainnya seperti Wasting (gizi kurang) 7,7%, Underweight
(kurus) 17,1%, dan Overweight
(gemuk) 3,5%. Hal
tersebut terjadi karena masih banyak juga daerah-daerah yang membutuhkan
dukungan dan perhatian khusus berbagai pihak, karena prevalensi angka
stuntingnya lebih tinggi bandingkan daerah lain. Salah satunya adalah Nusa
Tenggara Barat yang masih memiliki angka prevalensi stunting tertinggi keempat
di Indonesia, yaitu sebesar 32,7%.