TPID Jaga Keseimbangan Bahan Pangan StrategisInflasi NTB Diatas Nasional



MATARAM-Pemprov NTB tak menampik angka inflasi NTB bulan September tahun 2022 hampir menyentuh tujuh persen. Angka yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) ini berada di atas angka inflasi nasional, dimana penyumbang inflasi dari sektor transportasi atas kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. 

"Transportasi dari sisi (kenaikan harga, red) BBM, ini terkerek dengan sendirinya. Yang otomatis ikut naik juga tarif angkutan kota, tarif pelabuhan ikut naik sebagai penyesuaian tarif. Hal ini tentu kita coba antisipasi," ucap Kepala Biro Perekonomian Setda NTB H Wirajaya Kusuma, Rabu (5/10/2022). 

Adapun antisipasi yang dilakukan, sambungnya, pemerintah pusat memberikan subsidi transportasi sebesar dua persen dari dana transfer umum. Kemudian penyaluran bantuan langsung tunai (BLT) BBM untuk memperkuat daya beli masyarakat. 

"Apakah ini cukup untuk mengungkit daya beli? Ya inilah upaya pemerintah pusat, namun yang jelas nasional juga alami kenaikan ini akibat kenaikan harga BBM," jelasnya. 

Lantas bagaimana dengan volatil food? Melihat kenaikan angka inflasi ini, sambungnya, Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) NTB bergerak cepat dengan memantau kelompok volatil food atau komoditas pangan strategis. Komoditas ini merupakan kewenangan yang dimiliki atau dapat diintervensi pemerintah daerah. 

"Inilah ranah kita (pemerintah daerah, red) tapi kalau kenaikan BBM, LPG, tarif dasar listrik dan lainnya ya itu kebijakannya pusat," terang Wirajaya. 

Perlu diketahui juga, kelompok ini justru mengalami deflasi. Ini disebabkan karena rutinnya digelar operasi pasar murah (OPM) ketika harganya melonjak tinggi beberapa waktu lalu sebelum naiknya harga BBM. Dimana TPID baik tingkat provinsi/kabupaten/kota memastikan ketersediaan bahan pangan strategis ini mencukupi di dalam daerah. 

"Meski ini deflasi tapi perlu kita jaga juga, jangan sampai nanti produsen pangan atau petani merugi karena harga anjlok. Sehingga perlu dijaga keseimbangannya, artinya ketika inflasi namun daya beli masyarakat tetap terjaga dengan baik," tandasnya. 

Sebelumnya, BPS NTB menyebut kenaikan harga BBM menyumbang hingga 7,48 persen pada angka inflasi NTB bulan September 2022. Dengan laju inflasi dari tahun ke tahun di bulan September tahun 2022 mencapai 6,84 persen. 

"Naiknya harga bensin ini berdampak pada kenaikan harga atau tarif angkutan umum antar kota, pelumas/oli mesin, solar, dan kenaikan tarif kendaraan roda empat secara online," kata Kepala BPS NTB Wahyudin. 

Wahyudin menegaskan, kenaikan harga BBM tersebut ternyata tidak berdampak signifikan terhadap harga komoditas makanan, minuman dan tembakau. Artinya, komoditas seperti beras, telur ayam ras, rokok kretek filter, tongkol yang diawetkan hingga cabai rawit harganya masih normal. 

"Sepanjang ketersediaan komoditas ini mencukupi di dalam daerah, tidak berdampak pada naiknya harga akibat bensin," tukasnya. (BN3)