BisnisNTB-Mataram - Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTB menyelenggarakan Diseminasi Laporan Perekonomian Provinsi yang dirangkaikan dengan kajian Rantai Nilai dan Nilai Tambah Produk Pertanian sebagai sektor utama pendukung perekonomian Provinsi NTB.
Diseminasi Laporan Perekonomian Provinsi
menghadirkan narasumber, yaitu M. Edhie Purnawan selaku Ketua Badan Supervisi
Bank Indonesia, H. Iswandi selaku Kepala BAPPEDA Provinsi NTB serta Teguh
Santoso dan Eddy Renaldi selaku Tim Peneliti Universitas Padjadjaran (UNPAD)
dengan M. Firmansyah selaku Dosen FEB Universitas Mataram sebagai moderator.
Ketua Badan Supervisi Bank Indonesia, M.
Edhie Purnawan dalam pemaparannya menjelaskan bahwa inflasi dan harga komoditas
global masih tinggi. Namun demikian, ekonomi Indonesia terus meningkat dan
relatif lebih tinggi dibandingkan negara lain.
“Sebagian besar sektor mampu mencatatkan pertumbuhan
yang positif seperti sektor industri pengolahan dan sektor pertanian,” ungkapnya
Sementara itu Kepala Perwakilan Bank Indonesia
Provinsi Nusa Tenggara Barat, Heru Saptaji menyampaikan bahwa tantangan
perekonomian di tahun 2022 tidaklah mudah walaupun pandemi Covid-19 mulai
berangsur membaik. Tentunya harapannya inflasi dapat dikendalikan, sehingga
membawa persentase nilai inflasi bahan pangan maksimal di kisaran 5% (yoy)
untuk menjaga tekanan ekonomi yang terjadi.
“Mari kita
bersinergi, berkolaborasi, optimis dan bangkit untuk merespon terhadap kondisi
yang ada saat ini, kita carikan solusi karena dengan bangkit dan optimis, bersama
kita bisa” ucap Heru Saptaji.
Dukungan terhadap pertumbuhan ekonomi
NTB juga dituangkan dalam kajian Rantai Nilai dan Nilai Tambah Produk
Pertanian. Sektor pertanian, kehutanan dan perikanan masih menjadi andalan di
Provinsi NTB, dengan kontribusi terhadap PDRB yang terbesar yaitu mencapai
23,19%.
“Namun dari sisi ketahanan dan keterjangkauan pangan,
meski sebagai daerah produsen, komoditas-komoditas pangan di NTB ternyata masih
menjadi kontributor besar dalam kenaikan harga atau masih perlu pengembangan
terutama dari sisi skala ekspor,” jelasnya
Oleh karena itu, KPwBI NTB bekerjasama
dengan Tim CEDS Universitas Padjajaran melakukan identifikasi terhadap rantai
nilai komoditas pertanian untuk perbaikan rantai pasok mulai dari proses
produksi hingga pada tingkat konsumen. Komoditas yang diteliti sejumlah 11
komoditas yang dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu komoditas kontributor
inflasi, komoditas pendorong pertumbuhan dan komoditas unggulan ekspor.
“Rekomendasi umum sebagai hasil dari kajian tersebut
adalah terus dilaksanakannya operasi pasar untuk komoditas beras dan telur ayam
di saat harga meningkat, koordinasi terkait distribusi bawang merah, dan
dilakukan kampanye dan edukasi praktik urban farming untuk cabai merah.” ujarnya
Untuk jangka menengah dapat dilakukan
dengan penyusunan neraca pangan, pembentukan lembaga yang berperan
sebagai food hub, inisiasi pembangunan industri pengolahan pakan
ternak lokal dan ekstensifikasi atau pembentukan sentra khusus jagung yang
tidak memanfaatkan lahan sawah padi.
“Tidak kalah penting pengembangan komoditas ekspor yang
telah diukur prioritasnya mulai dari yang paling tinggi yaitu komoditas kopi
robusta, rumput laut sargassum, vanili organik, mutiara. rumput laut kotoni,
sarang burung walet dan lobster,” pungkasnya
Dengan pemaparan dari para narasumber
yang beragam dan bermanfaat, acara diseminasi kali ini diharapkan dapat menjadi
sarana menebar rasa optimis dan membangun persepsi positif kepada seluruh stakeholders dan
masyarakat, sehingga kolaborasi dan kerja sama terus terjaga dalam mendukung
pemulihan ekonomi, serta mencapai pertumbuhan yang lebih kuat dan berkelanjutan
pasca pandemi Covid-19.
Kegiatan ini dilaksanakan secara hybrid di
Gedung Serba Guna Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTB dan dihadiri
oleh berbagai tamu undangan mulai dari Kepala OPD, Pimpinan Perbankan, Pimpinan
BUMN, Sivitas Akademika, pelaku usaha daerah, serta media sebagai upaya
sosialisasi untuk meningkatkan pengetahuan serta pemahaman terhadap kondisi
dan outlook perekonomian Provinsi NTB.