Tingginya Harga Gabah Di NTB Dipengaruhi Tingginya Permintaan Kebutuhan Beras Dari Luar.


BisnisNTB-Mataram, -Harga gabah ditingkat petani di NTB dianggap masih tinggi, bahkan melampaui standar Harga Pembelian Pemerintah (HPP). Kendati demikian, ditengah kondisi ini, Perum Bulog NTB masih tetap diminta menyerap sebanyak 45.000 ton GKK (Gabah Kering Giling) lagi, hingga akhir tahun 2022 ini.

Pimpinan Wilayah Perum Bulog NTB, Abdul Muis menyatakan bahwa tingginya harga gabah di NTB dipengaruhi banyaknya permintaan kebutuhan beras dari luar NTB. dalam melakukan penyerapan ini, bahkan Bulog harus bersaing dengan pengusaha-pengusaha dari luar yang membeli dengan harga pasar.

“Standar pembelian pemerintah (HPP) Rp5.300 per kilo harga gabah kering giling, Pengusaha – pengusaha luar itu belinya Rp5.800 perkilo. Kami membeli juga dengan harga fleksibilitas Rp5.600 per kilo,” terangnya.

Muis mengatakan, target dari Bulog pusat untuk menyerap sebanyak 45.000 ton GKG, atau setara 35.000 ton setara beras ini memang tidak mudah. Di Tengah ketatnya persaingan pembelian di tingkat petani. Disisi lain, sejumlah wilayah di NTB juga sudah berakhir musim panen.  karena itu, Bulog dituntut melakukan penyerapan semaksimal mungkin untuk mencapai target serapan.

Tahun 2022 ini, Bulog NTB mendapatkan target penyerapan sebanyak 115.000 ton setara beras, capaian serapan hingga kemarin sebesar 75.000 ton setara beras, atau 95.000 ton setara gabah kering giling, atau 65 persen dari total target.

“Kami masih harus mengejar target 35.000 ton setara beras, sampai akhir tahun ini.  atau setara 45.000 ton GKG. Ini sudah menjadi arahan direksi kemarin, agar Bulog NTB maksimal menyerap dan memperkuat stok. Tingginya harga gabah di lapangan menjadi salah satu tantangan Bulog NTB dalam mencapai target dengan 2022,” imbuhnya.

Terhadap informasi yang disebut harga gabah tanah anjlok di wilayah timur NTB, Muis justru meminta agar ditunjukkan dimana wilayah yang harganya anjlok.

“Saya sudah minta kepala unit di daerah untuk mengecek dimana harga rendah itu, kita mau beli. Tapi hasil pencarian di lapangan, tidak ada harga rendah. Malah sebaliknya,” katanya.

Kondisi tahun ini menurutnya berbeda dengan tahun 2021 lalu, dimana Bulog NTB mampu menyerap hingga 140.000 ton. Tahun 2022 ini permintaan beras cukup besar, sehingga berdampak kepada psikologis petani di lapangan.

Sebagaimana dikatakan Muis, NTB adalah penyangga ketahanan pangan nasional. daerah-daerah yang sudah dikirimi beras dari NTB adalah Kalimantan Barat 2.000 ton. Medan 6.000 ton, DKI Jakarta  8.000 ton, NTT 25.000 ton. DKI Jakarta bahkan meminta lagi 10.000 ton, Medan 5.000 ton, dan juga Kalimantan Barat.

“Tingginya permintaan dari luar ini membuat harga di lapangan naik. Ini tantangan penyerapan. Tapi kami tetap optimis bisa memenuhi target penyerapan, dan permintaan dari luar daerah,” tutup Muis