Krisis Air Bersih Dampak Musim Kemarau, BI Berikan Bantuan 2 Sumur Bor Dan 9 Kincir Air


BisnisNTB-Lombok Timur, - Musim kemarau panjang yang terjadi di kecamatan Jerowaru, kabupaten lombok Timur, NTB. berdampak pada krisis air bersih akibat sumur warga mengering tidak ada keluar air. Kamis (29/9).


Seperti yang dirasakan oleh ratusan santri dan pengurus pondok pesantren Darul Yatama Wal Masakin, yang kesulitan mendapatkan air bersih untuk kebutuhan sehari hari seperti mandi dan minum.


“Air bersih merupakan menjadi kendala sumur bor yang ada masih belum maksimal untuk menampung air, biasanya setiap musim kemarau  debit airnya menjadi masalah,” ungkap Pimpinan Pondok Pesantren Darul Yatama Wal Masakin TGH. Saipul Islam.


Selain itu, debit air sumur bor yang berada di pondok pesantren terus mengalami penyusutan, sementara kebutuhan untuk para santri dan pengurus pondok pesantren sangat membutuhkan.


“Yang paling terasa itu adalah para santri, jelas kita disini fokus kita untuk para santri, kebutuhan air itu harus terpenuhi setiap pagi harus sekali sehingga mereka harus antri karena keterbatasan air,” ujarnya


Sebagai upaya memenuhi kebutuhan air bersih, pengurus pondok pesantren membeli air bersih dengan harga Rp. 150 per tangkinya dan sehari dibutuhkan dua tangki untuk memenuhi kebutuhan pondok pesantren.


“Kami berupaya suplai dari luar dengan cara kita beli tangki air bersih,satu tangki air bersih kita beli dengan harga Rp150 ribu, satu tangki satu hari habis, jumlah santri sekian ratus ini , persiapan kita butuhkan untuk kebutuhan sehari selama itu dua tangki air, jika kita kalikan selama satu bulan, sehari dua tangki air bersih dengan harga Rp 300 ribu berapa,” pungkasnya


Untuk membantu pondok pesantren yang sangat membutuhkan air bersih, akibat dampak musim kemarau, Kantor Perwakilan Wilayah Bank Indonesia, memberikan bantuan pembangunan sumur Bor.


“Insyallah bantuan yang kami sampaikan amanah dari bank Indonesia kepada pondok pesantren Darul Yatama ini berjumlah 130 juta,  yang terdiri dari 9 kincir air dan dua pembangunan sumur bor  yang mudah-mudahan memberikan kemaslahatan  baik warga santri yang sangat membutuhkan,” ucap Heru Saptaji kepala kantor wilayah Bank Indonesia NTB.


Selain itu, lanjut Heru menyatakan bahwa kebutuhan air primer  karena tadi di sampaikan  bahwa ketika musim kemarau  warga ini kesulitan mendapatkan air  bersih  yang kadang-kadang harus ditopang dari bantuan tangki-tangki yang didatangkan dari luar wilayah lainnya.


“Untuk sembilan kincir air ini kita harapkan akan mampu meningkatkan produktivitas dan kualitas dari budidaya udang vaname yang menjadi salah satu andalan aktivitas ekonomi produktif yang dijalan oleh pondok pesantren Darul Yatama ini,” ungkapnya


Peningkatan kapasitas ekonomi pesantren diyakini dapat berimbas terhadap perekonomian masyarakat. Selain itu pengembangan ekonomi yang berbasis keumatan akan berkorelasi positif dengan indeks perekonomian daerah.


"kami percaya ketika ekonomi umat yang berbasis kesejahteraan masyarakat, akan berkorelasi positif terhadap indeks ekonomi. Saya berharap pengelolaan udang vaname akan lebih baik nanti, apalagi pelaku dari usaha ini melibatkan jamaah langsung," harap Heru. (BN02)