Jelang Idul Adha Bank Indonesia Bersama Pemkab Lombok Barat Gelar Oprasi Pasar


BisnisNTB,Lombok Barat – Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) terus memperkuat sinergi dan kolaborasi dengan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) guna menjaga ketersediaan dan keterjangkauan harga kebutuhan pokok.
Hingga Juli 2022, harga kebutuhan pokok masih terpantau tinggi di pasaran bersamaan dengan meningkatnya permintaan masyarakat terlebih menjelang Hari Raya Idul Adha 1443 Hijriah.

Mengantisipasi hal tersebut, Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) NTB bekerja sama dengan TPID Kabupaten Lombok Barat menggelar Operasi Pasar Murah (OPM) selama enam hari di tiga lokasi, yaitu di Kantor Camat Sekotong, pada 4-5 Juli 2022, Taman Sandik pada 6-7 Juli 2022, dan terakhir di Taman Kota Gerung pada 14-15 Juli 2022.
Kegiatan OPM tersebut juga dilaksanakan sebagai tindak lanjut dari rapat koordinasi antara TPID Lombok Barat dengan KPw BI Provinsi NTB pada 16 Juni 2022, terkait dengan langkah strategis pengendalian inflasi menghadapi perayaan Hari Raya Idul Qurban.
Kegiatan OPM secara resmi dibuka pada Rabu (6/7/2022) bertempat di Taman Sandik, Kecamatan Sandik, Kabupaten Lombok Barat.

Kegiaran tersebut dihadiri oleh Bupati Kabupaten Lombok Barat H. Fauzan Khalid, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTB, Heru Saptaji, serta para pimpinan dari organisasi perangkat daerah di lingkup Pemerintah Kabupaten Lombok Barat.
Kepala BI Provinsi NTB Heru Saptaji dalam sambutannya mengatakan OPM merupakan kegiatan yang strategis untuk dilaksanakan khususnya di tengah tantangan perekonomian yang dihadapi.

Di tingkat global, tantangan ekonomi mengacu pada tantangan “stagflasi” atau tingginya nilai inflasi yang terjadi di beberapa negara dibarengi dengan pertumbuhan ekonomi yang rendah.
Di tingkat daerah, tantangan ekonomi justru mengarah pada tingginya pertumbuhan ekonomi khususnya di NTB yaitu 7,76 persen (Q1) tetapi diikuti oleh angka inflasi yang meningkat.
Pada Juni 2022 sendiri, NTB mengalami tekanan inflasi sebesar 0,92 persen (mtm) yang utamanya disumbang oleh kelompok administered price (AP) seperti angkutan udara sebesar 0,27 persen serta kelompok volatile food (VF) seperti cabai rawit 0,17 persen, tomat 0,09 persen, telur ayam ras 0,09 persen, dan cabai merah sebesar 0,06 persen.

Inflasi dari kelompok VF ini sangat perlu untuk diperhatikan agar tidak menyebabkan adanya “supply shock” dari sisi ketahanan pangan di daerah dimana suplai kebutuhan pokok kita tidak mampu memenuhi kebutuhan dari masyarakat maupun tamu-tamu yang datang ke NTB.
Oleh karena itu, permasalahan produksi, distribusi, pola penjualan, serta intersep harga harus dapat dipantau bersama. Langkah-langkah antisipatif pengendalian inflasi ini perlu dilakukan agar dapat mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkualitas. Bank Indonesia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi NTB di tahun 2022 berkisar pada angka 6,5-7,5 persen.

“Mari kita nikmati pertumbuhan ekonomi yang tinggi dengan inflasi yang terkendali sehingga bonus spread economy dapat kita capai untuk mengentaskan indeks kemiskinan, indeks ketimpangan ekonomi, serta memperbaiki indeks pembangunan manusia di NTB,” kata Heru.

Sementara itu, Bupati Lombok Barat H Fauzan Khalid menyampaikan terima kasih kepada Kantor Perwakilan BI Provinsi NTB karena bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Lombok Barat untuk melaksanakan kegiatan operasi pasar murah yang sangat dibutuhkan masyarakat dan diharapkan dapat diselenggarakan secara berkelanjutan.

Menurut dia tantangan ekonomi yang disebutkan oleh Kepala Perwakilan BI NTB harusnya tidak menjadi masalah dan keluhan bagi masyarakat mengingat potensi pertanian yang dimiliki daerah sangat luar biasa.

“Masyarakat juga dapat menanam sendiri komoditas kebutuhan pokok yang diperlukan. Namun, selama ini memang hal yang sering kali kurang dari masyarakat adalah antisipasi dan inisiatif untuk melakukan hal tersebut,” kata Fauzan.

Kegiatan OPM ini melibatkan setidaknya 5 OPD di Kabupaten Lombok Barat yaitu Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Pertanian, Dinas Ketahanan Pangan, Dinas kelautan dan Perikanan serta Dinas Koperasi dan UMKM. Selain itu, UMKM dan klaster pertanian binaan BI NTB juga turut hadir untuk menyuplai kebutuhan pokok masyarakat.

Adapun komoditas yang disediakan untuk kegiatan OPM selama 6 hari adalah cabai rawit (100kg) dengan harga Rp60.000/kg, bawang merah (500kg) dengan harga Rp30.000-35.000/kg, telur ayam (140tray) dengan harga 45.000/tray, minyak goreng curah (15.000 liter) dengan HET Rp15.500/kg, beraneka ragam sayur mayur serta produk-produk UMKM lokal lainnya.

Tidak lupa, Bank Indonesia juga menyiapkan QR Code sehingga selain bertransaksi dengan tunai, pengunjung juga dapat bertransaksi dengan non-tunai menggunakan QRIS. Stand untuk jajanan Rp1,- ciri khas Bank Indonesia juga hadir untuk dapat mengedukasi dan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap manfaat penggunaan transaksi digital (QRIS).

Kegiatan pembukaan OPM tersebut terpantau ramai dikunjungi oleh masyarakat yang sangat antusias dalam membeli kebutuhan pokok dengan harga yang lebih murah di bawah harga pasar. Namun Bank Indonesia tetap menghimbau agar masyarakat dapat berbelanja dengan bijak sesuai kebutuhan yang diperlukan guna menjaga kestabilan harga komoditas. (BS1)